.










Selasa, 28 Mei 2013

Karena dari 1001 pertanyaanku, jawabannya hanya 1... Kamu.

Aku bingung. bagaimana bisa aku terus-terusan berdiam diri mematung menunggui kamu untuk berbalik arah dan kembali padaku lagi? Bagaimana bisa aku bersikukuh seperti ini? Apa alasanku? Mengapa aku masih mengharapkan orang yang belum tentu mengharapkanku?

Aku masih terbelit bingung. Bingung karena sikapku sendiri yang masih saja selalu memperdulikanmu. Yang masih saja terus berkutat dengan hal-hal yang kamu suka. Padahal kamu sendiri terlihat acuh, tak mau peduli, dan seakan ingin lupa tentang kamu, yang dulu. Bersama jejakku dan kita di masa lalu. Begitu banyak pertanyaanku tentang kamu. Kamu yang begitu gelap, tersembunyi, dan samar-samar. Kamu begitu abu-abu. Begitu tak terdeteksi apakah hitam atau putih. Apakah jelas atau buram. Kamu seperti noda, hilang tapi tak benar-benar terhapus jejaknya.

Ya, aku tahu. begitu terlihatnya kamu yang masih belum mengerti tentang siapa aku, bagaimana sifatku, dan apa kekurangan dan kelebihanku. Kita terlihat sama. Tapi ternyata jauh berbeda. Dan kamu... Ya, kamu.. Tak pernah mau bertanya. Tak pernah mau ingin tahu tentang aku.

Aku merasa berbeda. Jauh berbeda setelah aku mengenalmu. Setelah kita bertemu. Setelah kamu dan aku bersatu. Aku merasakan ikatan yang begitu erat. Entah mengapa, sampai sekarang aku percaya bahwa sesuatu telah meracuni aku, dan kamu.

Sesungguhnya, ikatan apa yang telah kau buat sedemikian rupa? Sehingga aku hanya bisa terpaku di tempat menyakitkan ini berharap kau memutar arah kebelakang, kepadaku. Sampai detik ini, meskipun kau telah memutuskan untuk pergi, yang ku rasa adalah kau tak benar-benar pergi. Kau masih mengikatku, membawaku kemana yang kau mau. Menyeretku kesana-kemari sesuai nuranimu dan yang ku lihat, kau pun begitu. Aku masih merasa tersangkut padamu. Entah gembira atau petaka... Tapi yang ku rasa adalah kau dan aku masih saling rindu satu sama lain. Tapi kita terhalang benteng ketakutan. Dimana kau takut tak sebebas kini, dan aku tak seleluasa sekarang.

Iya... kita saling rindu. Kita saling mau. Tapi kita berpikir buntu untuk kembali bersatu. Aku bukanlah cendekiawan yang mampu menembus pikiranmu, tapi mana ada hati yang bisa berbohong? Dari setiap uraian kata-kata yang kau tuliskan, kulihat kasat keinginanmu untuk kembali seperti dulu, tapi kau terlalu munafik untuk mengakuinya.

Aku tak akan pernah merenggut kebebasanmu. Selama itu membuatmu bahagia. Aku tak akan pernah menggubris ketenanganmu, selama itu membuatmu tak sengsara. Aku mungkin egois tapi hanya denganmu aku bisa belajar untuk mengikhlas. Aku mungkin pemarah tapi hanya denganmu aku bisa belajar untuk bersabar.

Aku si terang dan kau si gelap. Aku yang terus mencari kegelapan untuk dipancari sinar terang tapi kau yang gelap terlalu betah berada di dalam sana. Tapi suatu saat, kau si gelap akan membutuhkan aku si terang seredup apapun itu. Karena tanpa terang, kau tidak akan tahu apa itu gelap. Dan tanpa gelap, kau tidak akan tahu apa itu terang.


Aku masih yakin, ada sesuatu hal yang membuatku tetap tinggal, dan sesuatu hal itupun yang membuatmu sering menengok kebelakang. Pertemuan yang singkat mungkin memang tak melahirkan kisah yang banyak. Tapi dari pertemuan singkat ini aku menyadari bahwa dari 1001 pertanyaanku yang sampai sekarang belum terjawab, kamulah yang bisa menguraikan. Karena jawabannya ada 1, dan itu hanya kamu.
 

©2013. with ♥ from Mirsha Shahnaz Azahra.