.










Sabtu, 09 Maret 2013

Cewek Duluan? Why Not.

Kalau bicara soal emansipasi dan "ladies first", pasti cewek selalu mempergunakan hal-hal itu untuk membela atau menyelamatkan diri. Ya... wajar. Untuk itulah fungsinya.

Tapi kalau udah bicara soal cinta, biasanya cewek pasti pingin selalu "didahului" oleh cowok.
Betul? Ngerasa?

Mungkin cowok suka jadi sebel sama cewek karena cewek yang selalu mau cowoknya melakukan ini itu ini itu duluan, contohnya menghubungi duluan, telfon duluan, ngajak ketemu duluan, ngucapin selamat pagi, selamat malam duluan, and another sweet things. Tapi kalau gak dipenuhi, cewek biasanya suka ngambek dan hal itu yang bikin cowok kehabisan "energi" untuk menghadapi cewek.

Menurut pandangan cewek, cowok yang melakukan apa-apa duluan itu terlihat sweet, terlihat fighting for her, dan terlihat sayang banget sama dia. Mungkin kadang, hal sesepele ini juga bisa bikin hubungan 1 pasangan jadi sedikit tidak harmonis. Dan kebanyakan, hal ini bikin cewek-cewek jadi agak-lebih-sedikit manja dari sebelumnya.

Sebaliknya, dari pandangan cowok, saat ceweknya minta diperhatiin dan minta "apa-apa duluan" mereka awalnya senang, karena merasa dianggap dan merasa satu-satunya yang selalu memperlakukan ceweknya seperti itu. Tapi, pada akhirnya, si cowok jadi merasa gak diperhatikan dan jadi males untuk memperlakukan ceweknya dengan treat yang gitu-gitu terus. Cowok juga pingin diperlakukan seperti apa yang dia lakukan buat ceweknya. Akhirnya si cowok merasa gak diperhatikan sama ceweknya. Dan hal ini yang biasanya bisa bikin cowok jadi cepat bosan sama hubungannya.

Sebetulnya, baik cewek maupun cowok sama-sama memnginginkan 1 hal, sama-sama ada yang memperhatikan, sama-sama ada yang menyemangati, sama-sama dibikin merasa nyaman. Namanya juga manusia yang pasti masing-masing punya keinginan tapi... mungkin belum bisa dipenuhi sama pasangannya. Nobody is perfect, right?

Siapa sih yang gak mau diperhatiin terus-menerus sama pasangannya. Sayangnya, siapa yang tahan bekerja non-stop kalau gak dikasih makan? So, setiap hubungan pasti harus selalu seimbang. dimana satu memberi, dan yang satu lagi menerima dan memberi feedback balik. Tapi kadang, hubungan timbal-balik ini sedikit-agak macet karena salah satu "keenakan" dengan treat yang "tidak biasa".

Sama halnya dengan... putus. Kadang, cewek pasti lebih milih mutusin daripada diputusin. Dan jahatnya cowok, kebanyakan "gak tega" sama ceweknya dan nunggu untuk diputusin. Cowok biasanya melakukan hal sebaliknya dari apa yang diinginkan cewek biar ceweknya dengan lebih cepat bisa "mengakhiri" hubungannya.

Tapi dari sisi cowok, mereka lebih suka untuk bikin si cewek jadi benci sama dia daripada harus terlihat "kasar". Hal itu mungkin lebih baik daripada harus menyakiti ceweknya terlebih dahulu dengan kata-kata yang sebenernya biasa aja tapi bisa bikin cewek gak makan berhari-hari. "Kayaknya.. kita temenan aja deh"

Mungkin bagi yang udah pernah nonton RadioGalauFM, khususnya cowok, agak sedikit was-was atau mungkin deg-degan, bahkan menyesal atau takut. Ketika rasa "bosan" itu sudah pergi dan lo kepalang mutusin cewek lo, dan kemudian lo pingin balikan tapi sayangnya... Cewek lo sudah terlanjur move on. Beda cerita ketika si cowok sebenarnya kangen, pingin balikan, tapi gengsi. Padahal si ceweknya juga masih sayang dan tetap menunggu.

Sebenernya, gak ada salahnya ketika kita, cewek, ternyata mengetahui bahwa si mantan ternyata masih sayang lalu ternyata lagi kangen sama kita, dan kita sendiri masih belum mau dan belum bisa move on dari dia, menghubungi dia duluan. Sah-sah aja ketika kita juga sebenernya kangen sama dia. Tapi sayangnya, baik cewek maupun cowok kadang masih memiliki sifat gak penting seperti "gengsi". Saat kita takut akan hasil atau jawaban yang gak sesuai sama keinginan kita dan akhirnya... menanggung malu, sedih, dan sakit hati.


Sampe sekarang, jujur, gue juga masih takut untuk menyapa dia duluan. bahkan gue yang masih terus memendam harapan untuk balikan pun tetep gengsi saat temen-temen gue nyuruh gue untuk meminta balikan duluan sama mantan gue. Gue terlalu naif, tengsin dan ya itu tadi.. takut dengan hasilnya, yang bisa jadi gak sesuai dengan apa yang gue inginkan. Tapi merupakan sebuah kemajuan buat gue ketika suatu hari gue dengan beraninya menekan tombol enter dan mengirim message "Ich vermisse dich" yang dalam bahasa indonesia berarti "aku kangen kamu" ke dia. Sayangnya, message gue cuma dia read. Tapi, gue benar-benar merasa lega ketika tahu bahwa message gue di read sama dia. At least dia tau apa yang gue rasakan buat dia.

Sampai sekarang juga, gue masih belum bisa sekedar ngobrol biasa sama dia. Untuk memulaipun gue masih kesusahan, harus cari topik apa, bicara soal apa, dan mendorong dia ke arah mana supaya sedikitnya dia tau apa yang gue rasain, gue maksud dan dia bisa terpancing untuk akhirnya bisa membahas kita yang sampai sekarang masih sama-sama gengsi dan sebenernya masih sama-sama sayang. Pada akhirnya lagi-lagi gue anggap semua kejadian, rasa, dan feeling gue ini cuma keinginan yang kebetulan terjadi. Lalu dia yang cuma sebatas kangen sama gue. Gak lebih. I won't say anything, I won't think it deeply. Cause I won't turn back hoping.


Tapi, kenapa sebelum tau hasil yang sebenarnya kita udah duluan mundur? Kenapa kita gak coba? Kenapa kitra sebagai cewek harus selalu menunggu dan gak bisa memulai duluan? Kenapa cewek harus berakhir lemah dan cowok yang selalu terlihat menang dan berhasil membuat cewek jatuh cinta sama mereka? Kenapa kita, cewek gak bisa kayak gitu? Cewek berhak memulai duluan, cewek berhak menyapa duluan, cewek berhak menyatakan perasaannya duluan, cewek berhak mengajak balikan duluan, sebelum semuanya terlambat dan cewek cuma bisa lagi-lagi menyesal karena gak pernah bikin cowok yang dia sayang tau apa yang cewek rasain buat si cowok Kita gak akan tau hasilnya kalau kita sendiri belum mencoba. Cewek duluan? Why not?


Mungkin, untuk saat ini gue masih terlalu munafik untuk menyembunyikan semua yang gue rasain. Tapi ketika suatu saat gue udah siap, gue, sebagai cewek akan memulai semuanya, duluan.

Senin, 04 Maret 2013

Tidak Ada Move On Yang Bisa Dipaksakan.

Move On? Gampang, saat lo cuma ngomong doang. Lain cerita ketika lo harus melakukannya.

Move On? Siapa sih yang gak tau tentang hal ini? Ketika lo terjebak diantara pilihan yang menurut lo baik, tapi menyakitkan. Dan kenyataan berkata lain. Dan pada akhirnya lo harus terima sama kenyataan kalo apa yang lo harapkan jauh dari kenyataan. Dan klimaksnya adalah lo harus m o v e  o n.

Era modern gini, siapa sih yang gak mengalami galau? dari hal seujung jari sampai yang segede gaban, pasti digalauin. hari ini mau makan apa ya? besok pake baju apa nih? rambut digimanain? ganti parfum gak ya? ganti DP jangan? mending tweeting atau belajar? atau.. stuck sama dia, apa move on?

Buat lo yang mungkin belum pernah ngerasain yang namanya susah Move On, SELAMAT! suatu saat lo gaakan bisa menghindar ketika hal itu terjadi sama lo. Itu yang gue rasain, sampe detik ini. Lets say, gue masih sangat stuck.

Ketika lo sayang sama seseorang, tapi orang itu ternyata gak lebih sayang sama lo. Ketika lo sayang sama seseorang, tapi dia sama sekali gak sayang sama lo. Ketika lo sayang sama seseorang, tapi ternyata dia sayang sama orang lain. Atau ketika lo sayang sama seseorang, tapi dia milik orang lain.

Gue sempat mengalami semua itu. Ketika harapan gue digembungkan sama seseorang sampai melambung ke langit dan pada akhirnya ibarat balon, gue dibiarkan mengapung, diabaikan, kempes, bahkan meletus. Its sad. Ya, its really painful. But then you have to realize. you have to move.

Kemarin, gue dipaksa move on sama teman-teman dan sahabat gue. Mereka membiarkn gue untuk menangis sekencang-kencangnya. Meratapi semua yang udah dia lakukan sama gue dan nge-push gue untuk sadar dan akhirnya move on. Mereka sampai nekat menghapus contact BBMnya dia dari handphone gue. Tapi gue gak mau. Secara gak langsung, mereka membuat gue bodoh dan mengajarkan gue untuk bersikap instant. Untuk tidak belajar. Supaya gue gak paham dan mengerti. Agar gue tidak mendapat hikmah atas apa yang Tuhan tunjukkan ke gue.

Move On itu bukan suatu hal yang harus dilakukan secara cepat. Bukan hal yang mudah, enteng, kecil. Bukan hal yang harus dikerjakan secara instant. Gue gak mau melewati proses ini dengan gampang. Dengan alay-nya menghapus contact BBM dia, meng-unfollow lalu memblock twitter dia. Membuang semua barang yang dia kasih atau yang berhubungan dengan dia. Menghapus semua kenangan yang pernah gue dan dia lakukan bareng-bareng. No, its too pathetic. Gue masih mau untuk menjalin hubungan yang baik sama dia. Bukan seakan gak kenal siapa dia. Bukan menghindari dia. Bukan gak peduli lagi sama dia.

Gue yakin, se move on-move onnya seseorang, dia gak akan bisa lupa 100%. You can't change any filled page. you just have to write on the new one. Sama hal-nya ketika lo merobek kertas dengan paksa. Pasti ada bekasnya. Walaupun itu sedikit, samar, abu-abu, tapi bekas robekan itu pasti masih akan sangat terlihat jelas dan gak bisa lo ilangin dengan rapih. Kecuali, lo pilih cara instant untuk mengguntingnya, atau cara yang seharusnya, pelan-pelan.

Saat lo kehilangan orang yang lo sayang. Sebisa mungkin lo harus terima itu semua. Dibalik semua ini, masih ada yang sangat sayang sama lo. Ya.. Tuhan. Jujur,  gue akui, hal semacam "ikhlas" "menerima" "sabar" dan "believe in miracle" itu sulit dipercaya karena kita terlalu fokus sama apa yang seharusnya gak kita tuju.

Sometimes, what you really need seems blur, and what you shouldn't care of seems focus.

Ketika lo susah move on, just enjoy yours. dan ketika lo mengambil cara yang benar, bertahap, believe in your heart, dan tidak mengambil cara instant, niscaya someday lo akan jadi seseorang yang luar biasa hebat dari lo yang sebelumnya.

Move it right. Move your heart carefully. Yourself also knew that its so fragile. Don't let anyone ruin your own way. Cry if you wanna cry, mad if you wanna mad, confuse if you wanna confuse, frustrate if you wanna to. After all of it happened, you'll know how tough you are and don't forget to follow your heart, not other's opinion. Because it is you, not them.


 

©2013. with ♥ from Mirsha Shahnaz Azahra.