.










Sabtu, 16 Februari 2013

Mungkin.. Hanya Sebatas Ingin.

Hai! Long time no see..
Gue kangen banget nulis di blog kesayangan gue ini. by the way, ini postingan gue yang pertama di  tahun 2013.

I want to tell something to you guys. bukan tell sih sebenernya, tapi.. story.

-

Pernah gak sih lo terbawa euphoria? saat mungkin lo jomblo dan orang-orang sekitar lo ternyata punya pacar dan lo cuma bisa "Oh My God! jadi cuma gue yang single?!" dan lo mencari, mencoba, dan akhirnya jatuh terlalu dalam? dan semua itu bener-bener jauh dari apa yang lo planning-kan sebelumnya..

--

Gue dan bisa dibilang sohib gue, Feri, celingak-celinguk cari orang-orang yang pake baju merah. Banyak sih, tapi kita rasa bukan mereka. gue sudah mulai deg-degan dengan segala macam hal yang nanti sore bakal gue dan Feri alami. Kami berdua dipilih sebagai perwakilan SMA kami untuk menjadi ambassador brand motor terkenal di Indonesia untuk wilayah Bandung. Kami melihat stage yang lumayan besan terletak di pusat BIP (Bandung Indah Plaza). Gue bingung dan merengek pulang sama Feri, terbesit di pikiran gue untuk gak jadi ikut aja, tapi Feri kekeuh mencari orang itu. 
Seketika ada yang memanggil gue dan Feri. "Hey kalian!" Sahutnya. dia yang memilih kami, namanya kak Surya. berhunung latar belakang gue dan Feri yang memang sudah mulai mengobok-obok dunia entertainment  jadi akhirnya kak Surya memilih kami. Gue lega setengah mati melihat dia melambaikan tangannya pada gue dan Feri. Setelah bersapa ria, dia menggiring gue dan Feri menuju sebuah cafe dekat stage. Semua perwakilan dari SMA-SMA di Bandung berkumpul disitu. Gue masih tetap celingak-celinguk dan sesekali mengecek BlackBerry gue siapa tau mention gue udah mulai banyak karena temen-temen gue yang vote gue supaya menangin acara ini. sesekali gue cekakak-cekikik sama Feri dan taruhan siapa yang divote paling banyak. "Gue mau broadcast aja deh, bodo amat alay juga, kali-kali doang sih hahaha" sahut gue yang langsung mengirim broadcast-an ke semua contact BBM gue. "ah sialan, pasti gue kalah dong. BB gue kan rusak, followers dikit, sial!" Feri sembari bete tetap usaha minta vote sama temen-temennya.
 Disela obrolan kami, seorang cowok terburu-buru dan langsung duduk di sofa kosong tepat didepan gue. "duh cape! Kak Surya, maaf ya aku telat, lupa tadi kalo harus kesini hehehe". Dia lalu ngedumel tentang dia yang seharusnya manggung juga di hari itu. Kepo banget ya gue.. Tapi.. Tunggu. Manggung? Dia.. Anak band? Gue lihat sesekali ke arah dia untuk memastikan apa bener dia anak band, dari cara berpakaiannya sih.. Bisa dibilang iya pake banget. Tapi... Wajahnya yang cengengesan bikin gue sedikit mengangkat alis. Ini anak kok gak sopan banget sih, pikir gue dalam hati yang lalu buyar karena sembari tetap beradu mulut sama Feri. 
Disinilah semuanya bermulai.

Setelah kami masing-masing memperkenalkan diri, kak Surya sempat menjelaskan beberapa peraturan pada kami saat naik panggung. Setelah itu, gak begitu lama setelah briefing, seseorang menyebut nama gue, "eh, kamu, Marsya, mau green tea gak? Pesen gih! Hahaha kan kak Surya yang bayarin, ya gak kak?" Erraz, tiba-tiba menawarkan green tea ke gue. Siapa namanya tadi? ya.. Erraz. Tiba-tiba gue tersentak. "Hah? Aku?", "iya, kamu mau gak? pesen gih!" dengan muka ramah campur cengengesan yang agak bikin gue mengerutkan dahi. Kenapa harus green tea? Kenapa dia bisa tau kalo gue suka banget green tea. Dari dulu, kemanapun cafe yang gue tuju, gue selalu prefer dengan cafe-cafe kopi yang terdapat frasa "green tea" di list menu-nya.

Entah kenapa gue memutuskan untuk mengangguk dan mengiyakan. Dan akhirnya 1 cup iced green tea sudah berada di tangan gue. gue sedot sesekali sambil melakukan kebiasaan buruk gue, ya.. Gigitin sedotannya. Dan gue akhirnya memutuskan untuk bicara.. "Makasih ya" ujar gue yang disambut oleh senyuman Erraz yang.. gak begitu menyebalkan seperti tadi. Senyum yang ramah, hangat dan... sedikit cute. Gue lalu menarik tangan Feri yang sedaritadi sedang mengeceki timeline twitternya dengan muka tertekuk. "apaan sih?!" keluh Feri, "Fer.. kok... dia baik ya sama aku hahaha" bisik gue ke telinganya. 
"yaelah Ca, geer banget sih"
"iiiih Feri serius.. tuh-tuh mana cewek-cewek yang lain gak dikasih, aku dapet. malah temen satu sekolahnya aja dia gak tawarin masa.." ujar gue yang memaksa Feri untuk mengiyakan.
"Caca, Marsya.... denger ya. nih.. ja-ngan ge-er du-lu!" Ujar Feri yang kembali bersandar ke sofa dan mulai mengeceki iPhone-nya lagi.

Semenjak Erraz menawari gue green tea, anak-anak lain termasuk Feri ikut-ikutan minta ke kak Surya. Gue sedikit tersipu, "kok lucu ya. Disini masih banyak cewek-cewek dari sekolah lain yang jauh lebih cantik dari gue, tapi kenapa harus gue yang ditawarin sama Erraz? ah, yasudahlah ya, toh mungkin dia cuma asal-asalan." Batin gue yang lanjut sibuk memainkan BB.

-- 
Gue gak nyangka, ternyata Erraz terpilih menjadi ambassador dengan jawaban terbaik dan berhak siaran 1 tahun di 1 radio yang cukup tenar di Bandung. "wow" gue tidak sengaja berucap. Gue sama sekali gak nyangka dia bisa menang. Gue memang gak begitu menghiraukan dia saat dia menjawab pertanyaan dari juri, tapi gue tetep penasaran sama jawaban dia.
Setelah kembali ke cafe -yang mirip seperti back stage- untuk mengambil barang-barang yang ditaruh disana, tinggalah disana gue, Feri dan Erraz. Gue dengan tidak sadarnya mengucapkan selamat ke Erraz, "eh iya, selamat ya, cieee.. Siaran nih! hahaha" canda gue padanya. "hahaha makasih ya, iyanih hehe" cengengesannya mulai kembali dicampur dengan sikapnya yang malu-malu malah bikin gue jadi bertingkah awkward. Gue lupa sesuatu. Dia itu kakak kelas atau bukan! Mampus gue pake acara so akrab pula. "kamu kelas berapa?" ucapannya yang pas dengan apa yang gue pikirkan saat itu. Gila ni orang, punya kekuatan apa?! gue jawab dengan nada sebiasa mungkin, "kelas 2, hehe. Kamu.. Kelas 3 ya?", "iya kelas 3" jawabnya santai.
 Mampus gue... tapi gue memutuskan untuk melanjutkan percakapan. Kami sempat mengobrol agak lama, sampai Feri mengajak gue pulang. Hampir jam 9. "duh.. gak kerasa juga ya," batin gue. Dan dengan gak nyambunya, gue bertanya sama dia, 

 "punya twitter kan? follow dong hehe"  

What?! bego.. banget. Pertanyaan basa-basi macam apa lagi itu?! Astaga yasudah lah, terlanjur!  

"Punya laah... hahaha" ucapnya tergelitik, kayaknya gue kelewat basi...

Dan setelah dia mengangkat tubuhnya berdiri, pamit ke gue dan Feri lalu sebelum dia nyaris keluar dari cafe itu, gue berteriak ke arah dia, "jangan lupa di follow ya! Ntar di followback kok. Daaaah!" ucap gue yang kemudian heran sendiri, kenapa gue ngomong gitu. Dia lalu melambaikan tangannya ke gue dan berlalu.

Sesampainya di parkiran motor, gue menarik-narik jaket Feri
"Fer..." ucap gue agak lantang di parkiran motor, "Fer..", 

"apaan?" ujar Feri sembari mengelap jok motornya.
"Erraz kalo diliat-liat emang nyebelin ya. tapi.. ganteng juga sih hahaha" 
"Ca... Ca... yadeh serah" Feri yang sedari tadi tidak menoleh sedikitpun ke arah gue semakin gak peduli sama ucapan gue lalu naik ke motor dan mememcet tombol starter motornya
Gue kemudian menaiki motor Feri, "kalo gue ngeceng gimana? ngeceng doang Fer, gak mungkin juga sih lagian kita bisa deket.." ucap gue sembari senyum pasrah sambil liat ke arah langit yang malam itu diselimuti awan tebal.
"Ca... kamu mau kena harkos-harapan kosong- buat yang ke tiga kalinya? Hahaha" Kata-kata Feri yang meskipun kurang jelas karena sambil nyetir motor itu... ada benernya juga. Dalem.

--

LED BB gue kedap-kedip merah. Siapa ya... Pikir gue. Gue lalu mencabut charger dan meng-unlock BB gue. Twitter. Pagi gini siapa yang mention? 

_________________________________________________________________________________
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ahmad Erraz.
@Errazrc

"Heh!.. Minta di unfoll nih... (ˇ▼ˇ)-c<ˇ_ˇ) @Marsya07"

29Oct, 2012. 9.04a
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
_________________________________________________________________________________

Jantung gue berdebar kencang. Dia menepati janjinya. Padahal nama gue cukup ribet karena saat gue kasih tau dia, username twitter gue sama sekali gak gue eja, kenapa dia bisa tau dan nemu twitter gue?

_________________________________________________________________________________
What's happening?
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 Hehe.. followed ka Erraz :p "Heh!.. Minta di unfoll nih... (ˇ▼ˇ)-c<ˇ_ˇ) @Marsya07" 
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
| Tweet. |
_________________________________________________________________________________

Done. Tweeted. Gue deg-degan setengah mati. Kenapa dia sampe bisa se-kepo ini sama gue. Gak lama dia membalas lagi tweet gue.

Dan terus berlanjut sampai besok, besoknya, besoknya lagi.

Dia bilang dia gak mau gue panggil "kakak", cukup Erraz katanya. Dan sebaliknya, gue juga gak mau dia panggil "sya", cukup Caca.
Sampai suatu ketika, gue dan Feri ternyata di hubungi lagi oleh kak Surya dan kami harus ke kantornya. Dan yang gue gak nyangka juga adalah saat gue tau bahwa Erraz juga dipanggil kesana. Deg.
Notification DM (direct message) twitter gue memunculkan bintang warna merah tanda ada DM yang baru masuk. 

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Ca, bagi pin dong."

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Nice try, Raz."

Gue tanpa basa basi lagsung memberikan pin BB gue ke dia lewat DM.

Gak lama kemudian BBM gue mengeluarkan tanda bintang merah juga. Erraz. Gue lalu meng-accept kontaknya dan tidak sampai 5 menit, dia langsung mem-BBM gue..

Erraz: Ca, ke kantor kak Surya kapan?
Marsya: Selasa kayaknya, senin aku les. Kamu?
Erraz: Yaudah deeh selasa aja, aku gak ada temen...
Marsya: oh, mau bareng? boleeeh
Erraz: iya hehe
Marsya: okedeh!

dan dari basa-basi sesingkat itu, tidak terasa waktupun terus berputar dan kami, khususnya gue, dibutakan oleh chat yang semakin intensif setiap harinya...

--

"Vido has changed display picture 1 minute ago."

Gue yang sedang melihat-lihat kontak BBM lalu terhenyak saat gue membuka Recent Updates.

Vido...
Vido yang baru beberapa minggu lalu memutuskan berhenti untuk dekat sama gue karena... Linda.

Tunggu,
Apa Erraz... cuma jadi pelampiasan gue akibat Vido? Apa Erraz bisa bikin gue lupa sama Vido? Atau... Erraz sama aja kaya Vido?
Gue gak mau berharap banyak dari Erraz. Gue gak mau berharap banyak... Sama seperti apa yang gue lakuin ke Vido. Cukup... Cukup sakit hati gue ngeliat Vido yang ternyata lebih milih orang lain daripada gue. 

Gue melempar BB gue ke kasur. Semua isi otak gue bercampur aduk, bertubruk dengan isi hati yang gak mau kalah untuk mengamuk. Di satu sisi, gue masih mengharapkan sosok Vido yang begitu manis. Sosok Vido yang begitu perhatian dan bisa dibilang dia rela dan mau untuk selalu ada di samping gue.
Di satu sisinya lagi... gue harus survive dengan kenyataan yang ada depan mata gue, gue masih beranggapan kalau semua hal yang Vido pilih adalah mimpi dan bohong. Dan combo-nya lagi, gue juga harus tetap bertindak sewajarnya ke Erraz. Gue gak mau semuanya keulang dengan sangat detail. Gue takut percaya. Terlalu percaya. Gue sudah cukup muak untuk merasakan yang namanya broken heart lagi.

Gue mohon cukup.. 

 "Ya Tuhan... Kenapa? Kenapa harus gue yang merasakan semua ini? Gue pingin fokus.. Gue pingin lolos!"

--

Suatu malam di bulan November yang tenang, Erraz mendapati gue yang lolos tahap 1 audisi sebuah sekolah radio terkenal di Bandung. Erraz yang ikut menyuport gue, gak mau rugi.
"Ca, traktiran dooong? kan aku udah bantu support dan doa heheh.."
"Traktir? apaan tuh? hahaha. apa ya.. Oh iya, Breaking Dawn Part 2 kan baru keluar, nonton yuk?!" ujar gue kegirangan yang tiba-tiba membuat gue terdiam lagi.  

Kenapa gue sebaik ini sama Erraz?

"Boleh-boleh, kan gratis! hahaha :D" ia mulai meng-input emoticon ":D" di dalam balasan tweet-nya. Emoticon? Cute banget.. Haha.

"Kapan?" ujar gue kembali netral
"Bebas deh, gimana yang nraktir aja :D"
"Besok aku gak bisa, lusa aja deh, gimana? berarti.. Sabtu. oke?"
"Okedeh, haha asiiiik!" tweet terakhir Erraz.

Dan percakapan di twitter pun gue akhiri dulu. Ada yang janggal dalam percakapan gue sama Erraz kali ini. Tapi gue gak tau bagian mananya. Hmm.. 
Tunggu.. 
Sabtu? 
Berarti........ Malam minggu? 
Jadi.. Artinya...... 
HA?! ....... it doesn't mean a... DATE kan?!!!

--

Jalanan agak lumayan sepi. Gue yang di jemput Erraz ke rumah langsung meluncur ke BCW (Braga City Walk).
Dia tampak sangat rapih. Dia memakai sweater berwarna hitam, jeans gelap, sepatu kets hitam, flat cap atau biasa dibilang "topi pelukis", dan membawa tas kecil. Dia... Beda banget.
 Sementara gue yang saat itu memakai kemeja chiffon putih polos, tank top hitam, jeans, dan flat shoes zebra print, ditambah kalung dream catcher dan tas coklat kecil.

Kok... Bisa se-matching ini?

Menurut info yang kami dapat dari temen-temen kami setelah survei, cuma BCW yang antriannya gak begitu panjang, gak seperti mall-mall lain. Setibanya kami disana, kami mengantri cukup lama dan akhirnya mendapatkan tiket. "Raz, jam 5 nih kita nontonnya. Sekarang kemana dulu dong...." ucap gue sambil menatap tiket yang lalu gue masukkan ke dompet. "Mmm.. Makan aja yuk? Laper nih" Erraz yang mengusap-usap perutnya lalu menarik gue untuk turun ke bawah. 
Kami akhirnya masuk ke salah satu tempat yang asing buat gue. Semacam kedai Sisha. Sisha, "rokok arab" biasa orang banyak menyebutnya. Yang menggunakan tube meliuk-liuk yang tinggi dan memiliki variant rasa yang banyak, ada buah-buahan, kopi, teh, sampai aroma bubble gum. Jujur, ini pengalaman gue berhadapan langsung dengan benda-benda seperti ini. Dan hal-hal ini sempat membuat gue risih. Tapi... Erraz... Kenapa dia bisa bikin gue dengan gampangnya berhadapan sama semua hal ini? 
Kami pun langsung duduk dan Erraz memanggil waiters. "kamu mau pesen apa? cobain Sisha deh, pasti belum pernah yaaa?" tatapan sinis Erraz yang jahil bikin gue gak bisa memalingkan wajah kemana-mana karena dia duduk tepat didepan gue. "gak mau ah. gak suka. Lagian kata mama gak boleh!" canda gue pada Erraz sembali mengalihkan perhatian ke menu. Lagipula emang nyokap gue melarang gue untuk berhubungan dengan hal-hal yang bisa membahayakan kesehatan gue. "ayolaaah.. cobain deh, gak bahaya kok, enak tauuuu!" sambil mohon-mohon ke gue, akhirnya gue bilang "yaudah terserah, kamu aja, aku nyoba aja sekali, titik! aku pesen es krim aja." dan menu pun diangkat dari meja kami. Beberapa saat kemudian.. "duh pegel, tukeran kursi dong, Ca?" ucap Erraz tiba-tiba yang membuat mata gue move on dari iPod gue menuju Erraz. "hah, kenapa? kamu pegel? ya lagian so-soan duduk di kursi  yang gak ada senderannya. Yaudah sini aja" gue yang menyarankan Erraz untuk duduk disamping gue pun akhirnya sedikit bergeser dan Erraz pun pindah, duduk di samping gue. "nah... gini kek dari tadi" sembari menyender, ia mengintip ke arah iPod gue. "kamu lagi main apa sih? serius amat.." "Coin Dozer. ya abis bosen kali, jam 5 kan masih lama, Raz" kata gue sambil manyun. Erraz tiba-tiba menyambar iPod gue. "udah sini aku yang main, tuh es krim kamu udah dateng" Waiters pun meninggalkan kami berdua lagi. "Raz, tuh sisha kamu udah dateng, siniin gak, bosen niiiih!" "oh iya, berarti ada yang harus nyobain nih yaa.." sambil meletakkan iPod gue di meja, dia menyodori selang Sisha itu ke gue. "Nih cobain. Enak kok", "gak mau!" ujar gue menolak sambil menyendok es krim yang gue pesan. "katanya tadi mau cobain sekali, hayoo.." sial. Bodohnya gue, gue sempat bilang mau mencoba 1 sedot. Dengan terpaksa gue mencicipi, dan "uhuuk, uhuuuk... aduuuh gak bisa Raz, gak biasa aku. udah ah, gak mau lagi!"  ujar gue yang buru-buru menyeruput Thai Tea milik Erraz. "hahaha cupu ah! gitu doang batuk, huuu!" "bodo amat gue cupu, orang gak doyan sih" gue kembali menyendoki ek srim gue yang nyaris cair dan kembali memainkan Coin Dozer.
"Ca, ngapain lagi dooong, boseeeen.." setau gue, Erraz memang tipikan cowok yang gak bisa diem lama-lama, bawaannya pingin ngoprek mulu, gratak sana, gratak sini. Gelisah terus bawaannya. Bisa-bisa kalo disuruh nungguin gue belanja, dia bakalan mati kering. "gak tau deh..." dan gue yang cuek menanggapi Erraz yang kebosanan karena gue masih mainin game yang sama. "Ca, ih, mainnya berdua dooong.." Erraz bersandar ke kursi rotan itu, ia mengambil posisi yang pas untuk mengintip ke arah iPod gue. Tepat. Kepalanya sejajar dengan bahu gue. Gue gak tahu dan gak mau kepo, tapi gue rasain kepala Erras bersandar ke bahu gue. Damn. We shouldn't do this... 
Kami keasyikan bermain, dan sudah jam 3 sore. "Akhirnya!"  ucap gue yang melirik jam tangan."itu, itu jatohin dulu dong coinnya mah! biar kita dapet cincin kawin kita lagi, itu cinta kita, mama! sama itu mobilnya, mah, buat anak kita main dirumah! cepeeet" Erraz mengambil iPod dari tangan gue. Gue kaget mendengar spontanitas Erraz yang memanggil gue dengan sebutan "mama" dan dia sebagai "papa"-nya. Game Coin Dozen ini adalah permainan yang menurut kami bisa sedikit mengusir rasa bosan. Cara memainkannya gampang, tinggal touch layarnya, dan koin akan jatuh, lalu jatuhkan koin sebanyak banyaknya agar hadiah seperti cincin, kacamata, mobi; boneka, dan mainan-mainan anak lainnya bisa jatuh dan kami dapatkan. Permainan aslinya bisa ditemukan di supermarket/mall terdekat dengan area main anak-anak, atau, bisa langsung di search di App Store gadget smart phone.
1 Jam lagi menuju jam 5. Dan kami masih kebingungan akan melalukan apa lagi setelah limit di Coin Dozen habis. Erraz memang sangat jahil. Dia menarik-nariki rambut gue. "Raaaz, sakit! gabisa diem banget sih kamuuu, yaAllah anak siapa sih iniiiii..." ucap gue yang so-soan tegar menghadapi dia sambil gue mengelus-elus dada. "abis aku bosen Cacaaaaa... eh iya, pinjem tangan kamu dong?" "hah? mau ngapain? pasti aneh-aneh deh. hiiii gak mau ah" "engga aneh-aneh Cacaaaa, sumpah deh aku. udah, sini pinjem dulu tangan kamu" gue akhirnya menyodorkan tangan. Gue hanya bisa berpikir positif dan percaya kalo Erraz gaakan masukin jari-jari gue ke lubang hidungnya atau ngasih gue upil, atau ngerjain gue dengan hal-hal jorok lainnya. "siap-siap ya! 1.. 2.. ..."  "AAWWW!!!! Sakit, Raz! Ih kan, idioooot! nyebelin kamuuu nyebeliiin!" ucap gue geram sekaligus meringis kesakitan dan tertawa melihat Erraz yang kesakitan karena gue jambak. Dia dengan semangatnya sudah membuat imprint-an giginya di tangan gue. "sakit tauuu! sini aku gigit balik tangan kamu! nyebeliiiin!" dengan gemas gue gigit tangannya lalu gue cubit pinggangnya. "AAAW!!! Kamu curang pake cubit! udah berani ya sama aku main cubit! sini aku cubit bales hayolooooh...Hahahahah!" Erraz dan gue pun tertawa dan sama-sama kesakitan. Akhirnya gue merasakan sesuatu yang aneh. Apa mungkin... Ah cukup ah, don't expect something too high, Ca.

--

Setelah kami menonton, Erraz sedikit geram karena saat adegan klimaks, gue menarik-narik sweater Erraz sampai sedikit melar. "hehe.. maaf yaaa.. " kata gue genit ke Erraz. "ah tau ah males nonton sama kamu, baju aku melar semua nanti.." "kan tegang, Raz, tegang.." ucap gue pada Erraz yang masih terlihat agak bete. "Raz, gerimis.. gimana dong?" gue menunjuk ke arah luar parkiran. "wah iya.. gimana dong, kita kan mau makan.. hujan-hujanan aja nih?" "aaah kamu sih gak bawain aku helm, yaudah deh gapapa kita hujan-hujanan, aku udah laper nih Raz. sini aku pinjem topi kamu aja" sambil mengambil topi Erraz, gue menaiki motornya.

Sesampainya kita di tempat makan kaki lima di daerah taman lalu lintas, gue jadi teringat seseorang.. 
Erza.. biasanya dia yang selalu ajak gue ke sini untuk makan lele dan kol goreng kesukaannya. 

Ah, lupakan, sampai kapanpun juga dia dan gue cuma sebatas kakak-adik. Gak lebih. Gak akan pernah bisa lebih.

Gue dan Erraz pun mencari tempat kosong dan akhirnya memesan makanan. Dan hal yang menyebabkan gue semakin teringat Erza adalah saat Erraz memesan makanan yang sama persis dan selalu Erza pesan. Gue tertegun. Astaga.. Mungkin kebetulan. Erraz juga suka lele goreng ditambah kol goreng, dan masih banyak orang lain yang juga menyukai menu ini. Mungkin hanya kebetulan. Mungkin.
Sementara gue yang memesan bebek goreng pun sempat antusias, lapar ini sudah menyerang gue semenjak dari menonton tadi. Tapi saat gue selesai berdoa dan mau menyuapkan suapan pertama ke mulut gue, gue melihat sosok yang identik antara Erraz dan Erza. Cara makan mereka begitu sama. "Apakah se-kebetulan ini, Tuhan?"

Saat perjalanan pulang, ternyata hujan semakin besar, akhirnya kita menunggu hujan mereda di pinggir jalan yang gak begitu jauh dari rumah gue. Disana, kami sama-sama bosan dan akhirnya kami memutuskan untuk kembali bermain Coin Dozer. Kami mulai bosan sampai akhirnya kami pun memasang lagu yang kami berdua tau dan mendengarkannya lalu bernyanyi bersama-sama. Suara Erraz cukup bagus, anak band banget. Kami menyanyikan beberapa lagu yang kami berdua hafal, lepas, dan begitu... Tidak biasa. Puncak klimaksnya adalah saat iPod gue lowbatt. Dan kami pada akhirnya cuma bisa menunggu hujan reda sambil sesekali bercanda dan mengobrol "lebih dekat".

--

"Thanks to Coin Dozer"

Tweet Erraz beberapa menit yang lalu.. "Raz, do you feel something different, between us?" 

--

M: Raz! ada paranormal activity 4 loh! caw yuuuk, bosen nih pengen main.
E: serius? boleh-boleh! ah ntar kamu takut lagiii hahaha :p
M: diiih ngapain juga takut, kamu kaleeee...
E: sorry ya, gak level~
M: yaudah makannya ayo caw! hahaha
E: okedeh, kapan nih Ca?
M: lusa deh, jemput aku di dago ya! jangan lupa helm hahaha
E: siiip

--

M: Raz, hujan besar banget nih.. gimana dong? gak jadi aja?
E: udah tenang aja, jadi kok, jadi Ca
M: serius jadi? kamu bawa jas hujan? 
E: enggak, hehe. udah gapapaaa
M: Raz.... serius?

M: Raz... kamu kemana??? gak jadi aja nih??? hujannya makin besar

M: Raz!!

M: PING!!!

E: Ca, aku udah di depan, di CK (Circle Key) 
M: Kamu... Serius?!??
E: yeeeh, yaudah pulang lagi nih, serius aku didepan. kamu dimana?

"Raz! kamu gak apa-apa?" ucap gue yang sedikit agak mengagetkannya. "basah doang sih, Ca. gak apa-apa kok" "duuuh... maaf ya.. padahal kan aku tadi bilang gak usah jadi aja, liat tuh, hujannya juga makin besar" "udah gak apa-apa, bentar lagi juga reda, terus kita caw, ya?" sambil menarik kursi dan duduk di samping Erraz gue mengiyakan.
Hujan semakin besar, dan gue juga Erraz akhirnya masuk ke foodcourt  di dalam. Gue akhirnya memesan 1 porsi tempe mendoan dan duduk menunggu Erraz yang sedang mengeringkan celananya. Dan dia masih bisa mengagetkan gue, "heh! mana makanan kamu? kasian amat belom dateng juga, hahaha sabar yaa" ucapnya sambil mengelus kepala gue dan akhirnya menarik ikat kuncir gue, "Raaaaz! jangan narik-narik rambut dong, sakit tauuuu!" gue balas cubit ke pinggang Erraz. "Tuhkan, udah berani nyubit aku ya sekarang. minta dicubit balik kan. minta digigit kamutuh! Hahaha" dengan ancang-ancang Erraz menarik tangan gue, sambil tertawa gue dan dia jahil-jahilan, dari mulai menggigit tangan, mencubiti dan menariki rambut masing-masing. Gue sadar, gue sudah semakin terjatuh jauh ke dalam comfort zone gue yang baru, Erraz.

--

"Raz.. udah lewat isya nih, hujannya belum reda juga. gimana dong? batal nih?" "ya kalo aku sih fine-fine aja, Ca, kalo nontonnya agak malem, nah kamu?" ucap Erraz yang asyik tidur-tiduran di kursi panjang yang kami duduki. "ya.. aku sih sebenernya gak apa-apa juga, Raz." "yaudah, caw ya? sekarang deh yuk mumpung gerimis doang, ciwalk kan deket hahaha, yuk!" Erraz yang langsung berdiri tanpa ragu mengajak gue berangkat ke Ciwalk saat itu juga. "oh iya, cek website bioskopnya ya, kita nonton yang paling deket dari waktu kita sekarang" "iya siap Raz! kita nonton jam 7.45 ya!" seru gue di motor.

--

"Raz, kok malu ya.. kita masih pake seragam tau!" "udah biarin aja, kita ini kan, lagian kepo banget mereka. suka-suka kita dong, udah-udah gausah malu-maluin gitu kamu! hahaha" "ih Raz, serius aku.. malu tau.." "udah Ca, filmnya mau mulai nih, yuk masuk!"

--

"Kenapa? Kamu takut? sini-sini.." "ah! anjrit, sial ini film ngagetin mulu Raaaaz!" "hahaha emang, tuhkan kata aku juga serem, pulang yuuuukk huhuhu" "ih apaan sih garing banget huuu!" "hahahaha! tuhkan Caca tuh curang kan, masa nutup muka! ih gaboleh! aku aja melek nih wleee" "serem Raaaz, serem. eh, ngagetin deng, gak serem" "yaudah deh kalo gak serem aku pindah aja duduknya ke sebelah kiri, tuh masih kosong kan, hahaha" "iiih jahat kan! jangaaan!" "hahaha yaudah deeh, makannya sini, awas loh jangan nutup mata, tangan kamu udah aku pegangin niiih" "iya Raz, iyaaa ih bawel kan, ssstttt!" ucap gue terpaksa sambil kembali fokus ke film. Tapi.. dalam posisi ini, sulit buat gue untuk fokus, karena sekarang gue bingung banget, maksud ini semua apa. Maksud Erraz apa? Gue memutuskan untuk act like nothing happened dan cuma bisa terdiam pasrah didalam dekapan Erraz.

--

"Gilaaaa! Seru banget! parah parah Raz, parah! katanya Insidious 2 keluar taun depan loh, bareng loh! hahaha" "idih amit amit apaan ngagetin semua filmnya" ujar Erraz yang membawa gue menuju skywalk sehabis menonton film. "tuhkaaaan, kamu yang takut! hahaha ngaku deeeh so-soan segala sih" "enggak sih yeee. bentar ah, ngerokok dulu ya" sambil mencari-cari korek, Erraz menjepit rokok di mulutnya. "iiih ngerokok terus, udah jam 10 Raaaz... ayo cepetaaan" "iya iya sebatang doang kok, lagian lebay amat sih" "takut Raz, kamar aku kan jauh dari kamar mama!" rengek gue pada Erraz yang terus menghisap dan mengepulkan asap rokok yang bertabrakan dengan rintik hujan gerimis. "kamar aku juga dong, oh iya terus ya, kemarin-kemarin aku nemuin kamar mandi rahasia deket kamar aku loh, hahaha selama aku tinggal disana, aku baru tau, keren ya! hahaha" "diiih, serem dong" "enggak lah, jadi sekarang bisa ngerokok di rumah! hahaha" "rokooook terus, paru-paru tau rasa kamu, huh." ucap gue yang dibahas hening oleh Erraz. Gue sesekali menampung air hujan dan lalu memuncratkannya ke udara. Sambil memainkan bulir air yang tertahan oleh pegangan pagar skywalk, gue berfikir lagi. Its too far. too much far. I want to stop it, but I can't move. He's too attach me..

"yuk pulang, udah malem" "yaelah kemana aja loooo! yaudah ayoo, besok kan sekolah. duuuh mana keujanan lagi" "yaudah ayo jangan ngedumel teruuuuus hahaha" ajak Erraz yang meletakkan lengannya melingkar ke bahu gue selama perjalanan ke basement.

--

M: Raz, dimana? ke Kedai Lingling yuuuk, pengen mochi niiih..
E: boleh-boleh, yang dimana?
M: mmm, oke deh. aku udah di Dago kok. Linglingnya yang di jalan trunojoyo aja ya
E: okedeh tapi aku ketemu temen-temen dulu ya Ca.
M: kalo udah sampe sana, BBM aku yaa
E: siiiip deh 

..........

E: aku udah di Kedai Lingling ya
M: okedeh, aku kesana!
E: cepeeet -,-

--

"heh! lama bangeeeet" "diiih siapa juga yang lama, kamu udah pesen belum? eh iya disini ada mochi gak sih?" 


0 comments:

Posting Komentar

 

©2013. with ♥ from Mirsha Shahnaz Azahra.